“ Kita bangga kalau orang dari luar suku betawi menggunakan dialek betawi, namun terkadang kurang pas dalam penempatan bahasa betawi itu sendiri. Misalnya penggunaan kata elu, gue kepada orang tue-tue atawe orang nyang lebih tue, itu kurang pas,”
Kebudayaan Betawi sebagai tuan rumah di negerinya sendiri tak usang dimakan zaman, tetap lestari dengan orang-orang yang mempunyai kepedulian untuk mengembangkan, melestarikan dan memberdayakan seni budaya Betawi melalui Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB). Salah satu upaya yang ditawarkan untuk mempertegas kondusitas adalah menggelar kegiatan Lomba penulisan cerpen Betawi bertema ”Memartabatkan Kesusastraan Betawi”.
Ketua Umum LKB, H. Tatang Hidayat, SH, mengemukakan sudah menjadi tugas semua komponen masyarakat Jakarta untuk memberi ruang bagi pengembangan, pelestarian, dan pemberdayaan seni budaya Betawi. Karena budaya Betawi sejak dahulu telah mengakomodir semua unsur budaya yang datang ke Jakarta. “Budaya Betawi menjadi bangunan multikultur yang sepatutnya menginspirasi budaya masyarakat nusantara,” ungkap H. Tatang seraya menegaskan segmentasi peserta lomba cerpen betawi tidak hanya terbatas kepada orang betawi saja, tetapi siapapun orang yang peduli terhadap budaya betawi.
Nuansanya adalah pelestarian budaya tutur dialek betawi yang kini sudah banyak ditinggalkan orang . Diharapkan masyarakat lainpun bisa ikut dan bisa menggunakan bahasa betawi dengan baik dan benar.
Diadakannya lomba cerpen ini diharapkan akan lahir penulis-penulis sekaliber Firman Muntaco, Mahbub Jubaidi, Alwi Syihab, Abdul Chair yang merupakan penulis generasi awal, sementara penulis-penulis lapis-lapis lainnya belum ada, apakah itu cerpenis, novelis, dll, Hal ini merupakan salah satu sumber inspirasi bagi penulis-penulis dengan mengedepankan konsep dialek betawi dan ini bisa memperkaya khasanah masyarakat tentang budaya tutur dialeg betawi. “ Kita bangga kalau orang dari luar suku betawi menggunakan dialek betawi, namun terkadang kurang pas dalam penempatan bahasa betawi itu sendiri. Contohnya penggunaan kata elu, gue kepada orang tue-tue atawe orang nyang lebih tue, itu kan kurang pas,” ungkap Tatang.
Ditambahkan Tatang untuk takaran segmen lomba, baru menyangkut pada segmentasi dialek budaya tutur dan menyangkut culture orang betawi, menyangkut nilai orang betawi yang bermasyarakat, berkawan dan berkumpul. Jadi lebih pada pelestarian budaya tutur kata. Targetnya agar masyarakat umum bisa paham dan mengerti bicara dengan bahasa betawi yang baik dan benar, tidak keluar dari aturan-aturan yang sudah baku. Dengan demikian mereka dapat menggunakan bahasa betawi dengan benar dan tepat sasarannya, tepat penempatannya apalagi sekarang penulis betawi masih itu-itu aja, Seperti Alwi Syihab, Thabrani, Mahbub junaidi, Firman Muntaco, tentunya itu harus ada yang menggantikan karena banyak yang sudah meninggal.
Saat ini lomba diadakan baru pada tingkat umum klasifikasi, tidak pada klasifikasi pendidikan,”Kalau untuk pelajar mungkin lebih banyak pada ekstra kurikuler, seperti kesenian, Pencak Silat, kita akan lebih bangga bila penulisan cerpen betawi dimenangkan oleh orang diluar betawi artinya dengan demikian sosialisasi itu berjalan. Contohnye abang – none betawi, abangnye dari batak, nonenye dari padang ,”ungkap Tatang.
Sementara itu Ketua Pelaksana Lomba Penulisan Cerpen Betawi, Drs. Yahya Andi Saputra, mengungkapkan bahwa kegiatan ini dalam rangka memperingati hari Kebangkitan Nasional, dikemas sedemikian rupa dan disuguhkan kepada publik Jakarta pada khususnya dan publik Indonesia pada umumnya. Publik Jakarta terdiri atas berbagai etnik dan bangsa, sehingga lomba penulisan cerpen Betawi ini diharapkan menjadi perekat menuju kesatuan dan persatuan yang utuh, di samping juga mencari bibit cerpenis Betawi yang handal dan mumpuni. lomba penulisan cerpen betawi ini, imbuh Yahya, diadakan untuk seluruh segmen, seluruh rakyat indonesia, tujuannya untuk mencetak penulis-penulis cerpen baru seperti MS Ardan, Mahbub Junaidi, Firman Muntaco, Abdul Chair yang merupakan generasi awal. “Sekarang ini kita merasa minat anak muda untuk menekuni dunia cerpen betawi sedikit menurun, maka dengan adanya lomba cerpen ini kita bercita-cita munculnya kembali cerpenis sekaliber Firman muntao, SM Ardan, Abdul Chair itu cita-cita kita yang paling jelas, siape pun boleh ikut nggak terbatas kepada orang betawi aje”kata Yahya.
Harapannya, seluruh peserta yang mengikuti lomba terus berkarya tidak terbatas ketika ada lomba cerpen saja, tetapi setelah itu ditinggalkan karya menulisnya. Meskipun cerpen itu fiksi sifatnya namun harus diperhatikan akurasi dan ketepatan yang berkaitan dengan kebetawian harus akurat. Kalau tidak tepat maka akan ada komplain dari masyarakat. Akurasi tehnik dasar menulis harus dikuasai mengikuti kutipan-kutipan dialog yang sudah baku.
Untuk lomba cerpen sekarang ini pesertanya masih terbatas pada orang yang telah berusia 17 tahun keatas atau dewasa karena dalam usia tersebut seseorang sudah dianggap matang baik dari segi usia, pengalaman hidup, pergaulan dimasyarakat sehari-hari, sedangkan lomba penulisan cerpen betawi untuk tingkat pelajar belum pernah diadakan.
Tim Juri terdiri atas : Drs. H. Abdul Chaer ( UNJ ), DR. Ibnu Wahyudi ( UI ), Drs. Zen Hae (Dewan Kesenian Jakarta). Dalam penilaiannya, Ibnu Wahyudi, mengemukakan hal yang perlu diperhatikan adalah masalah pengulangan yang membosankan atau stereotip. Selain bahwa stereotip seringkali tidak memberikan gambaran yang cermat dan sangat generalis, ia cenderung membicarakan hal-hal yang sangat permukaan, yang lazimnya sudah diketahui pembaca. Oleh karena itu, untuk apa menulis hal-hal yang sudah dipahami pembaca dengan baik? Maka, jika kita ingin karya kita menjadi lebih berharga, menjadi sesuatu yang cukup punya sisi istimewa, jauhilah kecenderungan yang stereotip ini karena kita memang sedang tidak membicarakan hal-hal umum. Karya kita harus berupa sesuatu yang unik, berbeda, yang mampu memberikan dimensi tak terduga.
Pengumuman pemenang diadakan di Auditorium Gedung Nyi Ageng Serang Kuningan Jakarta Selatan. Acara ditutup oleh Sekretaris Umum Lembaga Kebudayaan Betawi Drs. H. Ahmad Syaropi, Msi dan didampingi oleh Koordinator Pengembangan Budaya Drs. Firmansyah Abdul Wahid pada hari minggu tanggal 30 Mei 2010 pukul 14.00 diawali penjelasan tentang kaidah penulisan cerpen Betawi.
Ahmad Syaropi, Msi, mengungkapkan tujuan diadakannya lomba cerpen ini untuk melestarikan sastra tulis betawi. ”cerpen itu adalah salah satu bagian dari sastra dimana sastra itu sendiri dalam bentuk lisan dan tulisan. Sastra itu sendiri ada yang berupa pantun, novel dan ada yang berupa cerpen, nah cerpen itu yang kemaren kita lombakan,”ungkap Syaropi sembari menegaskan “ Mereka didorong semangatnya dalam tulis menulis agar terbangkitkan semangat budaya tulis-menulisnya. Karena didalam menulis itu ada logika-logika berfikir yang harus diasah. Pengasahan logika-logika ini membuat orang cerdas dan kecerdasan itu membawa orang pada kesejahteraan.
Syaropi berharap mereka yang mengikuti lomba cerpen agar tetap terus berkarya, baik dengan jalan mengirimkan naskah-naskahnya ke berbagai media baik media cetak maupun elektronik. Bisa juga dikirim lewat media internet, com, Face Book, “ Sehingga nanti akan lahir penulis-penulis dan pengarang-pengarang terkenal,” ucap Syaropi seraya menegaskan “ Tidak ada Indonesia kalau tidak ada betawi. Jadi bicara Indonesia juga bicara Betawi,” tandasnya.
(Syukur/ /LKB)
NOMINATOR
No. | Judul Cerpen | Nama Penulis |
1 | Kecopetan | Nasir Mupid |
2 | Cucu Kong Jaing | Ade Ganiarti |
3 | Duda Depan Rumah | Euis Damarwati, SS |
4 | Dul Syukur Balada Wartawan Betawi | Adam Muslih |
5 | Monyet | Yamin Azhari |
6 | Engkong Nipan Lupa Baca Bismillah | Awalin Zulfah |
7 | Gara-Gara Rujak | I. Goees Magrib |
8 | Si Bangku Jadul | Wita Dwi Mharani |
9 | Hikayat Engkong Berhikayat | Wandi |
10 | Kena Batunye | Firmansyah, Spd |
11 | Cinte....! | Yamin Azhari |
12 | Pilihan Orangtua | Rahmatullah H.M.A.Rasyid |
13 | Kawin Urung | Gita Aryani Kartika |
14 | Sebuah Tanah di Negeriku | Nur Indah Yusari |
15 | Order Bobokan | I Goees Magrib |
PEMENANG
No. | Judul Cerpen | Nama Penulis | Juara |
1 | Monyet | Yamin Azhari | I |
2 | Si Bangku Jadul | Wita Dwi Maharani Putri | II |
3 | Cinte…! | Yamin Azhari | III |
4 | Kawin Urung | Gita Aryani Kartika | Harapan I |
5 | Order Bobokan | I Goees Magrib | Harapan II |